RAGAM NARASI.ID -, Wakil Gubernur Provinsi Jambi. Drs H Abdullah Sani, MPdI meminta jajaran dinas kehutanan, badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) dan pemerintah kabupaten se-Provinsi Jambi melakukan antisipasi dini kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Hal itu langsung diutarakan Wakil Gubenur, yang menganggap akan pentingnya mencegah adanya spekulan yang melakukan pembakaran untuk membuka maupun membersihkan lahan perkebunan mereka.
“Karhutla harus kita antisipasi secara dini melalui sosialisasi pencegahan pembakaran hutan dan lahan. Selain itu seluruh petugas terkait harus proaktif memantau aktivitas pembakaran hutan dan lahan di setiap desa di wilayah kabupaten agar tidak ada oknum-oknum masyarakat, kehusunya petani dan pengusaha membakar lahan. Kemudian kegiatan masyarakat peduli api yang sudah ada di setiap desa harus diaktifkan memantau karhutla,” Ucap Abdullah Sani seusai mengikuti Rpat Koordinasi Khusus (Rakorsus) Penanggulangan Karhutla Nasional secara zooming (virtual) di kantor Gubernur Jambi, Jumat (20/01/2023).
Rakorsus Penanggulangan Karhula Nasional tersebut dilaksanakan Kementerian Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenpolhukam) di Jakarta. Rakorsus tersebut dipimpin Menteri Polhukkam, Mahfud MD didampingi Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH), Siti Nurbaya dan Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita.
Menurut Abdullah Sani, Provinsi Jambi termasuk salah satu daerah rawan karhutla tahun ini. karena itu Jambi menjadi daerah prioritas yang harus proaktif dan lebih dini mencegah karhutla. Untuk itu berbagai pihak terkait di Jambi, termasuk Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Provinsi Jambi sudah bisa mulai melakukan konsolidasi dan koordinasi mengenai karhutla saat ini.
Abdulah Sani mengharapkan, kejadian karhutla di Jambi tidak terulang seperti tahun 2015, 2017 atau 2019. Karena itu seluruh pihak terkait di Jambi, termasuk masyarakat harus senantiasa bersiaga dan waspada karhutla.
“Kita harus terus berupaya mengantisipasi berbagai kemungkinan karhutla sedini mungkin. Dengan demikian peristiwa karhutla tidak terjadi lagi di seluruh wilayah di Provinsi Jambi. Minimal melalui antisipasi dini kita dapat meminimalisir luas karhutla dan dampaknya,”katanya.
Dikatakan, Provinsi Jambi beberapa kali merasakan dampak negatif karhutla, khususnya pada musim kemarau panjang 2015 dan 2019. Karhutla menyebabkan kerugian material berupa terbakarnya lahan-lahan produktif dan kawasan hutan, termasuk lahan gambut yang mestinya terjaga kondisi tutupannya. Karhutla juga menyebabkan merebaknya penyakit, khususnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan terganggunya berbagai aktivitas kehidupan masyarakat.
Dikatakan, karhutla di Jambi kemungkinan besar masih terjadi tahun ini. Masalahnya karhutla di Jambi juga masih terjadi tahun lalu kendati tidak ada musim kemarau panjang. JUmlah titik api di Jambi tahun lalu mencapai 795 titik dengan luas karhutla sekitar 63 hektare. Karena itu kewaspadaan bencana karhutla di Jambi perlu ditingkatkan. (*)