Penulis : Ramalia
Mendengar kata “Becak” dirasa bukan hal yang baru terdengar ditelinga kita. Becak merupakan suatu alat yang digunakan sebagai sarana transportasi masyarakat Indonesia pada zaman dahulu. Saat ini becak sebagai alat transfortasi tradisional yang mana sebagian kota di Indonesia mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya, akan tetapi kehadiran becak telah mewarnai sejarah indah perkembangan di Negeri ini. Becak dikenal sebagai modifikasi sepeda yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat membawa barang dan penumpang sebagai muatannya.
Tidak heran jika saat ini becak dijadikan salah satu ciri khas bagi suatu kota yang ada di Indonesia dengan beberapa keunikannya. Hingga kini masih ada masyarakat yang menggunakan dan bertahan menjadikan becak sebagai mata pencarian kehidupan sehari-hari, salah satunya kota Kuala Tungkal. Kota Kuala Tungkal ini terletak di kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi yang mimiliki slogan “Serengkuh Dayung Serentak Ketujuan” memiliki suku dan budaya yang heterogen.
Dilansir dari djkn.kemenkeu.go.id nama Kuala Tungkal berasal dari kata Kuala yang berarti pertemuan sungai dengan sungai, atau sungai dengan laut. Kata Tungkal dikaitkan dengan nama sungai yang membelah wilayah Tanjung Jabung Barat hingga pantai timur. Kuala Tungkal dapat diartikan sebagai tempat bertemunya aliran sungai Tungkal dengan sungai lainnya di wilayah dekat pantai.
Seiring berjalannya waktu perkembangan teknologi membuat kebutuhan manusia semakin meningkat dan terpenuhi dengan mudah dan cepat. Kamajuan teknlogi ini membawa sebuah peradaban baru dalam sarana tranportasi yang digunakan masyarakat, dengan dilengakapi teknologi canggih yang seolah memanjakan pengguannya. Berbeda halnya di Kuala Tungkal, di kota ini masih banyak terdapat becak kayuh yang tersebar dibeberapa sudut kota sebagai alat taranspotasi umum yang dapat digunakan oleh masyarakat.
Ketika mamasuki Ibu Kota Kabupaten Janjung Barat kita akan disambut dengan gemirincing bunyi bell becak yang berkeliling dalam mencari penumpang, dan hingga saat ini masyarakat masih banyak menggunakan sebagai alat transportasi dalam keperluan tertentu. Hal ini yang kemudian menjadi bukti bahwa becak di Kuala Tungkal masih bertahan ditengah-tengah perkembangan teknologi yang telah modern. Tidak hanya itu, pada perayaan Hut Kemerdekaan Republik Indonesia becak juga tampak menghiasi pada acara perlombaan dan pawai pembangunan yang diselenggaran pemerintah daerah.
Becak tradisional merupakan salah satu alat transporasi umum yang ramah lingkungan, dan dalam penggeraknya masih menggunakan tanaga manusia, namun hal tersebut tidak membuat para penarik becak mengeluh dalam mencari pundi-pundi rejeki yang ada. Satu sisi yang menarik perhatian yaitu terlihat rata-rata yang penarik becak adalah kalangan orang tua, mereka tampak istiqomah dan tatap memilih bertahan sebagai penarik becak. Keadaan ini tentu tanpa alasan, meraka menganggap bahwa becak merupakan suatu peradaban alat transportasi mempunyai ciri khas yang tidak boleh lekang oleh perkembagan zaman.
Jika diamati, becak yang ada di Kuala Tungkal tidak menggunakan teknologi mesin sebagai alat pengerak, jika dipikir sebenarnya lebih mudah dan praktis. Hal ini menandakan bahwa becak di Kuala Tungkal masih melestasikan alat transpotasi tradisional dengan mempertahankan orisinilitasnya. Ditengah-tengah hiruk-pikuk persaingan ekonomi yang semakin tinggi, becak masih tetap eksis dan menghiasi lalu-lintas kota sebagai alat transformasi umum masyarakat Kuala Tungkal.